Rpp Daring Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas (Ptk)
Penelitian tindakan kelas berasal dari istilah bahasa Inggris yaitu Classroom Action Research, yang berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akhir tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut. Pertama kali penelitian tindakan kelas diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946, yang selanjutnya dikembangkan oleh Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot, Dave Ebbutt dan lainnya. Pada awalnya penelitian tindakan menjadi salah satu model penelitian yang dilakukan pada bidang pekerjaan tertentu dimana peneliti melaksanakan pekerjaannya, baik di bidang pendidikan, kesehatan maupun pengelolaan sumber daya manusia. Salah satu referensi pekerjaan utama dalam bidang pendidikan yakni mengajar di kelas, menangani bimbingan dan konseling, dan mengelola sekolah. Dengan demikian yang menjadi subyek penelitian yakni situasi di kelas, individu siswa atau di sekolah. Para guru atau kepala sekolah sanggup melaksanakan kegiatan penelitiannya tanpa harus pergi ke daerah lain menyerupai para peneliti konvensional pada umumnya.
Secara lebih luas penelitian tindakan diartikan sebagai penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau pemecahan duduk kasus pada sekelompok subyek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akhir tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.
Dalam konteks pekerjaan guru maka penelitian tindakan yang dilakukannya disebut Penelitian Tindakan Kelas, dengan demikian Penelitian Tindakan Kelas yakni suatu kegiatan penelitian dengan mencermati sebuah kegiatan berguru yang diberikan tindakan, yang secara sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan duduk kasus atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas tersebut. Tindakan yang secara sengaja dimunculkan tersebut diberikan oleh guru atau berdasarkan aba-aba guru yang kemudian dilakukan oleh siswa. Dalam hal ini arti Kelas tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik, yaitu kelas yakni sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, mendapatkan pelajaran yang sama dari guru yang sama juga (Suharsimi: 2005).
Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
PTK mempunyai karakteristik tertentu yang membedakannya dengan penelitian lainnya, yaitu sebagai berikut.
- PTK merupakan mekanisme penelitian di kelas yang dirancang untuk menanggulangi duduk kasus nyata yang dialami guru berkaitan dengan siswa di kelas itu. Ini berarti, bahwa rancangan penelitian diterapkan sepenuhnya di kelas itu, termasuk pengumpulan data, analisis, penafsiran, pemaknaan, perolehan temuan, dan penerapan temuan. Semuanya dilakukan di kelas dan dirasakan oleh kelas itu.
- Metode PTK diterapkan secara kontekstual, dalam arti bahwa variabel-variabel yang ditelaah selalu berkaitan dengan keadaan kelas itu sendiri. Dengan demikian, temuan hanya berlaku untuk kelas itu sendiri dan tidak sanggup digeneralisasi untuk kelas yang lain. Temuan PTK hendaknya selalu diterapkan segera dan ditelaah kembali efektivitasnya dalam kaitannya dengan keadaan dan suasana kelas itu.
- PTK terarah pada suatu perbaikan atau peningkatan kualitas pembelajaran, dalam arti bahwa hasil atau temuan PTK itu yakni pada diri Guru telah terjadi perubahan, perbaikan, atau peningkatan perilaku dan perbuatannya. PTK akan lebih berhasil jikalau ada kerja sama antara Guru-Guru di sekolah, sehingga mereka sanggup sharing permasalahan, dan apabila penelitian telah dilakukan, selalu diadakan pembahasan perencanaan tindakan yang dilakukan. Dengan demikain, PTK itu bersifat kerja sama dan kooperatif.
- PTK bersifat luwes dan gampang diadaptasi. Dengan demikian, maka cocok dipakai dalam rangka pembaharuan dalam kegiatan kelas. Hal ini juga memungkinkan diterapkannya suatu hasil studi dengan segera dan penelaahan kembali secara berkesinambungan.
- PTK banyak mengandalkan data yang diperoleh eksklusif atas refleksi diri peneliti secara bertahap. Setiap tahap merupakan tindakan lanjut tahap sebelumnya.
- PTK sedikitnya ada kesamaan dengan penelitian eksperimen dalam hal percobaan tindakan yang segera dilakukan dan ditelaah kembali efektivitasnya. Tetapi, PTK tidak secara ketat memperdulikan pengendalian variabel yang mungkin mempengaruhi hasil penelaahan. Oleh lantaran kaidah-kaidah dasar penelitian ilmiah sanggup dipertahankan terutama dalam pengambilan data, perolehan informasi, upaya untuk membangun pola tindakan, rekomendasi dan lain-lain, maka PTK tetap merupakan proses ilmiah.
- PTK bersifat situasional dan spesifik, yang pada umumnya dilakukan dalam bentuk studi kasus. Subyek penelitian sifatnya terbatas, tidak representatif untuk merumuskan atau generalisasi. Penggunaan metoda statistik terbatas pada pendekatan deskriptif tanpa inferensi.
Prinsip Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Menurut Hopkins (1993: 57-61), terdapat 6 prinsip penelitian tindakan kelas. Prinsip-prinsip tersebut yakni sebagai berikut
- Sebagai seorang guru yang pekerjaan utamanya yakni mengajar, seyogyanya PTK yang dilakukan tidak mengganggu komitmennya sebagai pengajar. Ada dua hal penting terkait dengan prinsip ini. Pertama, mungkin metode pembelajaran yang diterapkannya dalam PTK tidak segera sanggup memperbaiki pembelajarannya, atau akhirnya tidak jauh berbeda dengan metode yang dipakai sebelumnya. Sebagai pertanggungjawaban profesional, guru hendaknya selalu secara konsisten menemukan sebabnya, mencari jalan keluar terbaik, atau menggantinya semoga bisa memfasilitasi para siswa dalam berguru dan meningkatkan hasil berguru secara lebih optimal. Kedua, banyaknya siklus yang diterapkan hendaknya mengutamakan pada ketercapaian kriteria keberhasilan, contohnya pembentukan pemahaman yang mendalam ketimbang sekadar menghabiskan materi dalam kurikulum, dan tidak semata-mata mengacu pada kejenuhan informasi.
- Teknik pengumpulan data tidak menuntut waktu dan cara yang berlebihan. Sedapat mungkin hendaknya sanggup diupayakan mekanisme pengumpulan data yang sanggup ditangani sendiri, sementara guru tetap aktif sebagai mana biasanya. Teknik pengumpulan data diupayakan sesederhana mungkin, asal bisa memperoleh info yang cukup signifikan dan sanggup mengemban amanah secara metodologis.
- Metodologi yang dipakai hendaknya sanggup dipertanggung jawabkan reliabilitasnya yang memungkinkan Guru sanggup mengidentifikasi dan merumuskan hipotesis secara meyakinkan, membuatkan seni administrasi yang sanggup diterapkan pada situasi kelas, serta memperoleh data yang sanggup dipakai untuk pertanda hipotesis tindakannya. Jadi, walaupun terdapat kelonggaran secara metodologis, namun PTK mestinya tetap dilaksanakan sesuai kaidah keilmuan.
- Masalah yang terungkap yakni duduk kasus yang benar-benar menciptakan Guru risau, sehingga atas dasar tanggung jawab profesional, ia didorong oleh hatinya untuk mempunyai komitmen dalam rangka menemukan jalan keluarnya melalui PTK. Komitmen tersebut yakni dorongan hati yang paling dalam untuk memperoleh perbaikan secara nyata proses dan hasil pelayanannya pada siswa dalam menjalankan tugas-tugas kesehariannya dibandingkan dengan proses dan hasil-hasil sebelumnya. Dengan demikian, mengajar yakni penelitian yang dilakukan secara berkelanjutan dalam rangka mengkonstruksi pengetahuan sendiri semoga bisa melaksanakan perbaikan praktiknya.
- Pelaksanaan PTK seyogyanya mengindahkan tata krama kehidupan berorganisasi. Artinya, PTK hendaknya diketahui oleh kepala sekolah, disosialisasikan pada rekan-rekan Guru, dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuan, dilaporkan akhirnya sesuai dengan tata krama penyusunan karya tulis ilmiah, dan tetap mengedepankan kepentingan siswa layaknya sebagai manusia.
- Permasalahan yang hendak dicarikan solusinya lewat PTK, hendaknya tidak terbatas hanya pada konteks kelas atau mata pelajaran tertentu, tetapi tetap mempertimbangkan perspektif sekolah secara keseluruhan. Dalam hal ini, pelibatan lebih dari seorang pelaku akan sangat mengakomodasi kepentingan tersebut
Tahapan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
PTK mempunyai empat tahap yang dirumuskan oleh Lewin (Kemmis dan Mc Taggar, 1992) yaitu Planning (Rencana), Action (Tindakan), Observation (Pengamatan), dan Reflection (Refleksi). Tahapan pelaksanaan dan pengamatan dilakukan secara bersamaan. Berikut ini klarifikasi setiap tahapan:
- Tahap pertama : Perencanaan tindakan Dalam tahap ini peneliti menjelaskan wacana apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebenarnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan (apabaila dilaksanakan secara kolaboratif). Cara ini dikatakan ideal lantaran adanya upaya untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan pengamatan yang dilakukan. Jika dilaksanakan sendiri oleh guru sebagai peneliti maka instrumen pengamatan harus disiapkan disertai lembar catatan lapangan. Perlu diingat bahwa pengamatan yang diarahkan pada diri sendiri biasanya kurang teliti dibanding dengan pengamatan yang dilakukan terhadap hal-hal yang berada di luar diri, lantaran adanya unsur subjektivitas yang berpengaruh, yaitu cenderung mengunggulkan dirinya. Dalam pelaksanaan pembelajaran planning tindakan dalam rangka penelitian dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
- Tahap kedua : Pelaksanaan Tindakan Tahap ini merupakan implementasi atau penerapan isi planning tindakan di kelas yang diteliti. Hal yang perlu diingat yakni bahwa dalam tahap ke- 2 ini pelaksana yaitu guru harus ingat dan berusaha mentaati apa yang sudah dirumuskan dalam planning tindakan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak kaku dan tidak dibuat-buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhatikan.
- Tahap Ketiga: Pengamatan terhadap tindakan Tahap ini yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat (baik oleh orang lain maupun guru sendiri). Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa kegiatan pengamatan ini tidak terpisah dengan pelaksanaan tindakan lantaran pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Kaprikornus keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Sebutan tahap 2 dan 3 dimaksudkan untuk mengatakan peluang kepada guru pelaksana yang berstatus juga sebagai pengamat, yang mana ketika guru tersebut sedang melaksanakan tindakan tentu tidak sempat menganalisis peristiwanya ketika sedang terjadi. Oleh lantaran itu kepada guru pelaksana yang berstatus sebagai pengamat ini untuk melaksanakan "pengamatan balik" terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung. Sambil melaksanakan pengamatan balik ini guru pelaksana mencatat bertahap apa yang terjadi.
- Tahap ke empat : Refleksi terhadap tindakan Berdasarkan hasil analisis pengamatan pembelajaran, selanjutnya guru melaksanakan refleksi, yaitu guru mencoba merenungkan atau mengingat dan menghubung-hubungkan insiden dalam interaksi kelas, mengapa itu terjadi, dan bagaimana hasilnya. Hasil refleksi akan menciptakan guru menyadari tingkat keberhasilan dan kegagalan yang dicapainya dalam tindakan perbaikan. Hasil refleksi ini merupakan masukan bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan tindakan perbaikan berikutnya. Refleksi pertama sanggup dilakukan oleh guru bersama siswa dengan tujuan untuk mengkaji dan menganalisis pelaksanaan tindakan pada siklus pertama dengan jalan mengidentifikasi baik kemajuan-kemajuan yang telah diperoleh maupun kekurangan-kekurangan atau hambatan-hambatan yang masih dihadapi. Kemudian, sehabis menerima persetujuan dari kedua belah pihak hasil refleksi tersebut dipakai untuk memperbaiki planning tindakan pada siklus kedua atau siklus berikutnya. Refleksi yang dilakukan pada simpulan siklus pertama bertujuan untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan yang telah diperoleh maupun kekurangan-kekurangan atau hambatan-hambatan yang masih dihadapi. Hasil refleksi ini kemudian dipakai untuk memperbaiki planning tindakan pada siklus kedua atau berikutnya. Tindakan kedua berupa implementasi serangkaian kegiatan pembelajaran yang telah direvisi untuk mengatasi duduk kasus pada siklus pertama yang belum tuntas. Selama proses berguru pada siklus kedua ini juga akan dilakukan observasi menyangkut kegiatan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Refleksi kedua juga dilakukan oleh guru bersama siswa bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis pelaksanaan tindakan pada siklus kedua dengan jalan mengidentifikasi baik kemajuan-kemajuan yang telah diperoleh maupun kekurangan-kekurangan atau hambatan-hambatan yang masih dihadapi. Berdasarkan hasil refleksi tersebut sanggup disimpulkan berhasil tidaknya keseluruhan tindakan implementasi pembelajaran di dalam kelas terhadap peningkatan hasil berguru siswa.
Jika pada siklus kedua tujuan PTK sudah sanggup tercapai, maka tidak perlu dilanjutkan siklus berikutnya. Tetapi jikalau tujuan belum tercapai, maka perlu dilanjutkan siklus berikutnya. Kemudian, sehabis menerima persetujuan dari kedua belah pihak hasil refleksi tersebut dipakai untuk memperbaiki planning tindakan pada siklus ketiga. Guru sanggup menciptakan jurnal atau catatan seluruh kegiatan PTK yang telah dilakukannya. Catatan tersebut sanggup dipakai untuk menyusun suatu karya ilmiah yang sanggup disebarluaskan menjadi suatu inovasi, dan sanggup dimanfaatkan oleh guru-guru lainnya dalam melaksanakan PTK.
Untuk memperjelas fase-fase dalam PTK, siklus spiral-nya, dan bagaimana pelaksanaannya, Stephen Kemmis menggambarkannya dalam siklus sebagaimana tampak pada gambar :
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Sebagaimana diisyaratkan di atas, PTK antara lain bertujuan untuk memperbaiki dan / atau meningkatkan praktik pembeljaran secara berkesinambungan yang intinya ”melekat” penunaian misi profesional pendidikan yang diemban oleh guru. Dengan kata lain, tujuan PTK yakni untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru. Di samping itu, sebagai tujuan penyerta PTK yakni untuk meningkatkan budaya meneliti bagi guru guna memperbaiki kinerja di kelasnya sendiri. Suhardjono (2007 : 61) menyebutkan secara rinci tujuan penelitian tindakan kelas antara lain :
- Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
- Membantu guru dan tenaga kependidkan lainnya mengatasi duduk kasus pembelajaran dan pendidikan di dalam dan di luar kelas.
- Meningkatkan perilaku profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
- Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta perilaku proaktif di dalam melaksanakan perbaikan mutu pendidkan dan pembelajaran secara berkelanjutan. Berdasarkan perkiraan diatas, jikalau perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru dalam konteks pembelajaran sanggup terwujud lantaran dilaksanakn PTK, ada tujuan penyerta yang juga sanggup dicapai sekaligus dalam penelitian itu. Tujuan penyerta itu yakni tertumbuhkannya budaya meneliti dikalangan guru
Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Manfaat PTK bagi guru yang melaksanakannya yakni :
- PTK memperlihatkan suatu cara gres untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan atau profesionalisme guru dalam kegiatan pembelajaran kelas. Hasil PTK sanggup secara eksklusif dimanfaatkan untuk kepentingan kualitas kegiatan berguru mengajar di dalam kelas dan sanggup meningkatkan wawasan pemahaman guru wacana pembelajaran.
- Melalui PTK guru sanggup melaksanakan penelitian wacana masalah-masalah faktual yang mereka hadapi untuk mata pelajaran yang diampunya. Guru eksklusif sanggup melaksanakan tindakan-tindakan untuk memperbaiki atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran yang kurang berhasil semoga menjadi lebih baik dan efektif.
- c. Saat seorang guru melaksanakan PTK, guru tersebut tidak meninggalkan tugasnya, artinya guru masih tetap melaksanakan kegiatan mengajar menyerupai biasa, dan pada dikala yang bersamaan secara terintegrasi guru melaksanakan penelitian. Oleh lantaran itu PTK sama sekali tidak mengganggu kelancaran kegiatan pembelajaran di dalam kelas (Kasihani, 1999).
- Karena permasalahan-permasalahan yang diteliti di dalam PTK yakni permasalahan-permasalahan yang dirasakan dan dialami guru sendiri, maka PTK sanggup menjadi jembatan kesenjangan antara teori dan praktek. Karena sehabis PTK guru akan memperoleh umpan balik yang sistematik mengenai kesesuaian antara teori pembelajaran dengan praktek yang mereka lakukan. Guru akan mengetahui teori yang tidak sesuai (tidak tepat) dengan praktek yang mereka lakukan. Selanjutnya guru sanggup menentukan teori yang cocok dan sanggup diterapkan di kelasnya.
- PTK sanggup pula dilaksanakan oleh guru secara kerja sama gotong royong dengan pihak lain yang terkait. Misal kerja sama guru mata pelajaran sejenis, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan yang lain untuk secara gotong royong mengkaji permasalahan yang ada, untuk kemudian merencanakan tindakan-tindakan semoga permasalahan-permasalahan yang ada sanggup segera dicarikan jalan keluarnya.
Sumber : Dr. Yeni Hendriani ( Widyaiswara P4TK-IPA Bandung )
0 Response to "Rpp Daring Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas (Ptk)"
Post a Comment